Minggu, 17 April 2011

Si Cerewet yang Menggemaskan :-)

Ya...ya...saya perlu artikel ini...sangat... heheehe. Bagaimana tidak, setiap hari harus melayani kebawelan bocah 3 tahun yang jika tidak direspon tidak akan berhenti bicara, jika direspon dia akan mencari bahan lain untuk dibicarakan... mulut terus mengoceh, badan terus aktif bergerak....kadang-kadang kata-katanya sedikit meleset, yang membuat saya tersenyum geli, dan jika dikoreksi dia tidak mau terima hihihi, bocah ini....

Mari kita mulai... dan saya sambil mengetik artikel ini, sambil menyimak baik-baik isinya...



Banyak bicara, banyak tanya, dan banyak tingkah. Itulah sederet ciri khas anak batita. Ya, seiring pertambahan usia, bertambah pula perkembangan kemampuannya, baik dari segi bahasa, kognifit, motorik, adaptasi sosial, dan sebagainya. Salah satu kemampuan yang cukup menonjol pada usia ini dibandingkan ketika masih usia bayi adalah perkembangan bahasa. Dengan pesatnya kemampuan berbahasa ini, si kecil tak lelah-lelahnya berbicara walaupun kadang masih dalam bentuk 'bahasa planet' ataupun lontaran pertanyaan yang tak kunjung reda, sehingga dinilai orang sebagai anak yang 'cerewet'.

Tanpa disadari, orang tua terkadang memberikan label negatif, kritik, atau keberatan dalam bentuk ungkapan "Aduh, kamu kok kecil-kecil bawel ya?", "Capek deh nanya melulu...","idih kamu kok ya enggak berhenti ngoceh sih?" dan sebagainya, yang padahal justru dapat menurunkan keberanian si kecil mengungkapkan diri, emosi, dan kemauannya. Karena itulah, kita sebaiknya meniadakan hal-hal negatif tersebut, apalagi sebenarnya perkembangan mengekspresikan diri secara verbal melalui bahasa merupakan sebuah lompatan besar.

Ketika anak 'cerewet' menceritakan apa yang dilakukan, apa yang dialami, bahkan melontarkan pendapatnya, ia menunjukkan ia paham akan sesuatu. Dengan kata lain, perkembangan daya nalan (kognitif) berjalan baik. Ia memiliki kemampuan merekam sesuatu dengan baik.Berarti ini menunjukkan kemampuan intelektualnya juga tinggi. Jadi jangan heran pula kalau si batita sering bertanya apa saja karena rasa keingintahuannya juga makin meningkat. Ketahuilah, kemampuan intelektual seorang anak ada hubungannya dengan seberapa banyak ia berbicara. Nah, salah satu ciri anak yang cerdas adalah ia memiliki kemampuan berbahasa yang baik, lancar berbicara, selain juga banyak bertanya.

Mengoceh dan banyak bertanya boleh dikatakan merupakan pertanda munculnya rasa percaya diri. Seiring dengan kemampuannya beradaptasi terhadap lingkungan, ia makin suka bicara dan tidak bosan bercerita kepada orang lain, ini menunjukkan keberanian dan rasa percaya dirinya tinggi. Ia pun tidak malu-malu berpendapat. Dengan keberaniannya melontarkan pendapatnya itu, ia terlatih untuk berpikir kritis dan rasa percaya dirinya pun makin bertambah.

Tak hanya itu, cerewet atau bawelnya si batita juga menunjukkan kemampuan berbahasanya sedang meningkat. Kosakatanya terus bertambah seiring dengan banyaknya kita mengajaknya bicara, berdialog, bahkan meminta pendapatnya.


Tanggapi Ocehannya

Batita yang cerewet atau seoalh tidak bisa berhenti kala bicara, sebenarnya tidak lebih sama dengan proses berjalan ketika di usia bayi. Kenapa begitu? Karena kemampuan berbicara akan terus meningkat seiring dengan keterampilan dan pengalaman baru yang diperolehnya. Belajar berjalan maupun belajar berbicara sama-sama menjadi hal yang menarik bagi si kecil. Ia akan terus mengeksplorasi kemampuannya itu, apalagi bila mendapat dukungan atau stimulasi dari orang-orang terdekat, terlebih orangtuanya. Karena itulah, penting bagi orangtua untuk memberikan stimulasi agar kecerewetan si batita makin bernilai positif dan memberikan efek jangkan panjang untuk bekal kehidupannya di masa depat kelak.

Nah, berikut ini hal-hal sederhana yang bisa dilakukan untuk menanggapi kebawelan si kecil, sekaligus sebagai sarana stimulasi atau rangsangan agar berbagai kemampuannya makin terasah.

* Simak celotehannya

Beri perhatian saat si kecil berbicara, tidak memotong ucapannya. Lakukan kontak mata sebagai pertanda kita tertarik dengan apa yang diucapkannya. Gunakan bahasa tubuh positif yang menunjukkan kesedian untuk mendengarkannya, misalnya mengusahakan tinggi badan sejajar dengan tinggi badan si kecil atau mata kita segaris dengan mata si kecil, sehingga ia tak perlu mendongakkan kepalanya. Dengan begitu, ia merasa diperhatikan, dihargai, dan keinginannya untuk mengucapkan sesuatu mendapatkan dukungan.

*Beri respons positif

Orangtua hendaknya merespons setiap celotehannya, termasuk juga pertanyaan si batita, dengan bahasa yang bisa diterima olehnya. Ajak ia berdialog atau bicara dengan berusaha merendahkan volume suara dan pengucapan yang tidak cepat. Tanggapi pembicaraannya dengan baik dan bukan justru memberikan label atua mengolok-olok seperti "Dasar bawel, cerewet, bahasanya enggak jelas, sok tahu". Beri kesempatan dan dorongan untuk mengungkapkan pendapatnya. Selain berusaha menyempatkan berdialog atau berkomunikasi sesering mungkin, menjawab setiap pertanyaan si batita, juga sebaiknya kita lakukan dengan penuh perhatian.

*Rangsang rasa ingin tahunya

Beri ruang lebih bebas kepada batita, seumpama mengajaknya bermain di lingkungan luar rumah, sehingga ia terstimulasi untuk berbicara mengenai apa saja yang ditemuinya. Rangsangan intelektual seperti ini dapat dapat membantu anak mempertajam kemampuan berpikirnya.Bisa juga dilakukan dengan membacakan cerita yang menarik, menjelaskan tentang suatu benda atau tempat yang dikunjungi, atau apa saja yang ditemui di sepanjang perjalanan atua lingkungan sekitar. Diharapkan anak dapat terpancing untuk selalu bertanya, karena bertanya merupakan salah satu sarana agar berpikir bebas dan kritis.

Pada dasarnya setiap permainan bisa dijadikan sarana belajar. Dari permainan/mainan dapat dikaji bentuk, warna, jumlahnya, dan sebagainya. Cari kesempatan memasukkan pelajaran pada permainan yang dimainkan anak. Ketika ia bermain bola, dapat kita tanya bagaimana bentuk bola, apa warna bola yang dimainkan, dan sebagainya. Usahakan membuat anak terpancing untuk mengikuti pelajaran yang secara tidak sengaja kita kenalkan, tetapi konteks bermain tetap dipertahankan. Jika hal ini sering dilakukan, anak akan menjadi lebih aktif berbicara. Yang jelas, ketika anak berpikir kritis, orangtua hendaknya selalu menjawab pertanyaannya. Ingat, bertanya merupakan salah satu sarana berpikir bebas dan kritis.

*Gunakan bahasa yang baik dan benar

Agar bisa belajar berbicara dengan benar, anak perlu didorong agar mau mendengarkan orang lain. Terus dilatih untuk menunggu giliran sebelum menjawab. Bila mengucapkan sesuatu yang dianggap tidak sopan atau jorok, arahkan dengna hati-hati. Beri tahu dengna lembut bahwa kata-katanya itu tidak sopan atau kurang disukai orang lain sehingga lain kali jangan diucapkan.

Sumber : Tabloid Nakita
              NO. 624/TH-XII/14-20 Maret 2011

2 komentar:

  1. hehe.. anak saya yg baru 2 tahun.. tiap nemu sesuatu pasti tanya, apa nih? apa itu?.. :)

    BalasHapus
  2. anaknya ya mbaakk? lucuuuu :)
    btw, sudah difollow ya mbaakk :)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...