Selasa, 24 Mei 2011

Tip & Trik Minum Obat

Cermati label dan cara pemberiannya agar tujuan penyembuhannya optimal

Sebelum Memberikan Obat

1. Pahami label pada kemasan obat

Dengan memahami label obat berarti mengetahui kegunaan obat., cara pemakaiannya (apakah boleh dicampur denga njus atau makanan, apakah harus dihabiskan atau dikonsumsi jika gejala sakitnya muncul), frekuensi pemberian obat (1 x sehari, 3 x sehari) dan tanggal kadaluarsa.



Jangan sungkan atau malu menanyakan kepada dokter dan petugas apotek demi menghindari kesalahan dalam pemberian obat. Salah dalam pemberian obat dapat menyebabkan obat tidak berfungsi dengan optimal. Hal lain yang patut diperhatikan adalah mencermati nama yang tercantum pada label, apakah memang sesuai dengan nama anak.


2. Cermati pemberian obat.

Beberapa obat tertentu harus diberikan dengan cara tidak biasa. Misal, obat antikejang yang harus dimasukkan ke dubur, demikian pula sebagian obat demam. Agar obat yang dimasukkan tidak keluar lagi, ada caranya. Miringkan tubuh bayi, buka lubang anusnya dan masukkan ujung dari tabung obat kira-kira sedalam 2 cm. Lalu tekan semua obatnya hingga habis dengan diikuti menutup lubang anus sambil menarik tabung obat. Kalau obatnya banyak keluar berarti cara memasukkannya belum tepat, kemungkinan ujung tabung tidak masuk sedalam 2 cm. Pada pemakaian berikutnya, jangan khawatir untuk memasukkan tabung obat ke dubur hingga 2 cm dalamnya. Bentuk tabung obat sudah didesain sedemikian rupa agar tidak menyakiti bayi.

Beberapa obat minum untuk bayi umumnya dapat dicampur dengan makanan atau minuman. Khusus antibiotik tidak boleh diberikan dengan susu karena proteinnya dapat mengganggu penyerapan antibiotik oleh tubuh. Rasa obat yang tercampur dengan jus atau makanan padat biasanya sudah menyatu, sehingga tidak pahit lagi.

3. Cermati posisi tepat.

Untuk memudahkan pemberian obat sebaiknya lakukan sambil menggendong bayi. Psisi menggendong yang disarankan, kepala bayi berada lebih tinggi ketimbang badannya atau setengah duduk. Tujuannya, agar si bayi  tidak tersedak yang dapat mengakibatkan obat masuk ke paru-paru. Jika bayi merota, bedong tangannya dengan selimut. Lakukan dengan hati-hati dan jangan masukkan obat ke mulut bayi dengan paksa, misalnya memencet hidung agar mulutnya terbuka. Tindakan ini dapat membuat bayi trauma dan selanjutnya takut minum obat. Ingat, anak-anak adlaah perekam peristiwa yang ulung. Sesuatu yang dialaminya dan dirasakannya tidak nyaman akan selalu diingatnya. Lagi pula, bayi yang belum berusia 4 bulan umumnya belum pandai menelan sehingga segala sesuatu yang masuk ke dalam mulutnya akan diterima dengan mekanisme isap. Akibatnya bayi mudah tersedak.

Bagaimana jika bayi  memuntahkan obatnya? jika kejadian itu berlangsung sebelum 1 jam setelah obat ditelan, maka perlu diberikan lagi. Namun, jika muntahnya terjadi setelah 1 jam minum obat atau lebih, maka bayi tidak perlu diminumkan obat lagi.

Cara Memberikan Obat Oral

Umumnya obat yang diminumkan (oral) kepada bayi diberikan dalam bentuk sirup atau puyer. Untuk memudahkan permberiannya tersedia alat bantu berupa sendok, tabung atau pipet. Tabung dan pipet lebih mudah diterima oleh bayi kecil yang masih menyusu dan belum waktunya emndapat makanan pendamping ASI. Apalagi, bayi belum bisa menelan dengan baik. BErikut langkah-langkah memberikan obat dengan menggunakan alat bantu.

1. Menggunakan pipet atau spuit.
Isap obat dengan pipet atau spuit sesuai dengan dosisnya, dudukkan bayi dipangkuan. Letakkan pipet atau ujung spuit di sudut mulut bayi dan obat dikeluarkan secara perlahan-lahan.

2. Menggunakan tabung
Tuangkan obat ke dalam tabung sesuai dosisnya. Pangku bayinya, letakkan ujung tabung di bibir bawah dan biarkan obat mengalir ke dalam mulut bayi.
Berbagai alat bantu tersebut dapat dibeli di toko-toko yang menjual keperluan bayi. Sebelum digunakan, rendam dulu alat bantu tersebut dengan air panas untuk membersihkannya dari kotoran. Selanjutnya, setelah digunakan cuci dengan air mengalir dan keringkan. Simpan alat bantu tersebut di tempat tertutup dan tidak lembab.

3. Menggunakan sendok
Sterilkan terlebih dahulu sendok yang akan digunakan dengan menyiramnya dengan air panas. Dudukkan bayi dipangkuan, tarik dagunya. Letakkan sendok pada bibir bawahnya, angkatlah sudut sendok agar obat mengalir ke dalam mulutnya. Sendok yang digunakan adlaah sendok takar obat, bukan sendok rumah tangga.

Cara Memberikan Obat Luar

Selain oral, ada pula obat bukan oral speerti salep, krim, atau obat tetes. Untuk amannya, berikan obat luar ini ketika bayi sedang tidur karenaa terkadang bayi sulit tenang dan mau bergerak terus.

1. Obat krim/salep
Oleskan tipis secara merata pada kulit. Berikan setelah mandi, ketika kulit dalam keadaan bersih sehingga pori-pori dalam kondisi terbuka dan obat bisa terserap dengan baik.

2. Obat tetes mata
Obat tetes mata pun dapat diberikan ketika bayi sedang tidur. Caranya tarik kelopak mata bagian bawah, masukkan obat tetes, tahan beberapa saat, kemudian lepaskan.

3. Obat tetes telinga
Teteskan obat ketika bayi dalam keadaan tidur. Baringkan bayi pada salah satu sisi dengan lubang telinga terinfeksi berada di atas. Teteskan obat ke dalam lubang telinga yang sakit. Usahakan bayi tetap diam agar obat benar-benar masuk ke lubang telinga bagian dalam.

Obat, Usia dan Berat Badan

Orang tua hendaknya paham betul gejala penyakit yang muncul pada anak. misal, kapan batuk paling sering terjadi? hanya di pagi hari menjelang subuh atau hanya di malam hari? Bagaimana dengna jenis batuknya? berdahak atau kering? Kalau bayi menderita diare, dalam sehari sudah buang air berapa kali? dan lain-lain.

Keterangan yang kaurat membuat dokter dapat membuat analisis dan menetapkan diagnosis secara lebih tepat. Obat yang diberikan pun lebih tepat sasaran dan akhirnya penyakit dapat segera disembuhkan.

Obat diberikan berdasarkan diagnosis melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium (jika diperlukan). Dosis obat untuk anak dan bayi dihitung berdasarkan usia dan berat badan. Semakin kecil usia naak/bayi semakin banyak obat yg belum boleh diberikan. Karenanya, penimbangan berat badan dan informasi usia anak tidak boleh dilewatkan dalam pemeriksaan.

Sumber : Tabloid Nakita
              No. 630/TH.XIII/25 April - 1 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...