Selasa, 22 November 2011

Detail Prangko

Jenis-jenis Perangko :

:: Prangko Definitif


Prangko definitif atau prangko biasa yaitu prangko yang penerbitannya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan prangko sehari-hari, tidak ada kaitannya dengan suatu kejadian atau peristiwa. Prangko tersebut terdiri dari beberapa pecahan harga mulai dari harga nominal rendah sampai yang harga nominal tinggi. Oplah cetak untuk tiap pecahan harga juga tidak sama tergantung mana yang lebih banyak digunakan. Prangko jenis ini apabila persediaannya menipis akan dicetak ulang sesuai dengan kebutuhan. Masa jual prangko tersebut tidak terbatas sampai ada instruksi dari Pemerintah. 



Contohnya adalah :
Prangko seri Hewan (1956) 2. Prangko seri Alat musik (1967) 3. Prangko seri Presiden Soekarno 4. Prangko seri Presiden Soeharto 5. Prangko seri PELITA (Pembangunan Lima Tahun)


:: Prangko Peringatan


Prangko peringatan yaitu prangko yang penerbitannya dikaitkan dengan suatu kejadian atau peristiwa dan dimaksudkan untuk memperingati kejadian atau peristiwa, baik yang bersifat nasional maupun internasional.


Contoh dari prangko ini adalah
100 tahun Prangko Indonesia 2. 10 tahun konfrensi Asia Afrika 3. 100 tahun Phalaeoantrhropologi Indonesia 4. 25 tahun ASEAN


::  Prangko Istimewa


Perangko Istimewa yaitu prangko yang penerbitannya dimaksudkan untuk menarik perhatian masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri mengenai kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh Pemerintah dalam berbagai bidang, baik yang bersifat nasional maupun internasional. 


Contohnya adalah :
Prangko seri pariwisata 1988 2. Prangko seri Flora 1989 3. Prangko seri Fauna 1989 4. Prangko seri World Cup Italia 1990


 ::  Prangko Amal


Prangko Amal yaitu prangko yang penerbitannya dimaksudkan untuk menghimpun dana bagi kepentingan amal dan dijual dengan harga tambahan. Pendapatan dari hasil penjualan prangko ini setelah dikurangi dengan harga prangko, ongkos pembuatan dan ongkos lainnya kemudian disumbangkan kepada suatu badan amal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. 


Contohnya adalah :

1. Prangko Hari Sosial III (1960) 2. Prangko Hari Sosial IV (1961)
Prangko peringatan, prangko istimewa dan prangko amal masa jualnya di kantor pos terbatas yaitu selama tahun penerbitan ditambah 2 tahun, sedangkan masa berlakunya selama tahun penerbitan ditambah lima tahun.

2. Prangko untuk tujuan khusus
Selain prangko-prangko tersebut di atas masih ada prangko-prangko yang diterbitkan untuk tujuan khusus yaitu prangko Pos Kilat, prangko Pos Udara, prangko Dinas, prangko Ekspres dan prangko Pos Udara Ekspres. Prangko-prangko tersebut sudah tidak lagi berlaku untuk pemrangkoan dan tidak diterbitkan lagi.


Bentuk, ukuran dan komposisi prangko

Pada mulanya prangko-prangko diterbitkan dalam bentuk persegi panjang sesuai dengan bingkai potret raja (yang dijadikan gambar prangko) dari negara penerbitnya. Kemudian digunakan bentuk persegi panjang mendatar yang lebih serasi untuk prangko-prangko peringatan. Beberapa bentuk prangko diantaranya ialah bentuk bujur sangkar yang pertama kali dipergunakan oleh Bavaria pada tahun 1849, bentuk segitiga yang pertama kali dipergunakan oleh Cape of Good Hope (Afrika Selatan) pada tahun 1853, bentuk segi delapan dipergunakan Yunani pada tahun 1898 dan masih ada lagi bentuk-bentuk lainnya.
Prangko-prangko yang pernah digunakan di Indonesia diterbitkan dalam bentuk persegi panjang, segiempat sama sisi dan segitiga sama sisi (terbitan pemerintah Hindia Belanda).

:: Ukuran Prangko

Pada mulanya prangko-prangko dibuat sepraktis munkin, tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlalu kecil. Prangko-prangko pertama kebanyakan diterbitkan dalam ukuran 25 x 18 mm. Kemudian ukurannya disesuaikan denga kebutuhan penerbitannya.
Prangko terkecil adalah prangko Mecklenburg Scwein (Jerman) yang diterbitkan pada tahun 1856 berukuran 9 x 9 mm, sedangkan prangko terbesar adalah prangko Amerika Serikat yang diterbitkan pada tahun 1856 berukuran 53 x 97 mm.
Umumnya prangko-prangko yang harga nominalnya lebih tinggi diterbitkan lebih besar daripada yang harga nominalnya rendah seperti halnya dengan prangko-prangko terbitan Hindia Belanda, Inggris dan Belanda.

:: Komposisi Prangko

Komposisi prangko atau susunan prangko biasanya berjajar, satu dengan yang lainnya dipisahkan dengan perforasi dan dalam satu lembar (sheet) terdapat prangko dengan desain dan harga nominal yang sama. Namun dewasa ini beberapa negara termasuk Indonesia telah menerbitkan prangko bergandengan yaitu beberapa macam prangko dicetak menjadi satu sehingga membentuk suatu kesatuan prangko. Setiap prangko memuat harga nominal sendiri-sendiri dan antara prangko yang satu dengan prangko yang lainnya diberi perforasi sehingga mudah dipisahkan. Termasuk dalam katagori prangko bergandengan ialah :

1. Prangko Se-tenant
Beberapa prangko yang dicetak bergandengan dan keseluruhannya membentuk sebuah gambar yang utuh.Contoh prangko seri Borobudur 1868, Olimpiade Mexico 1968, Seni Lukis Tradisional 1981, Bangsa Peduli Lingkungan 1993.
Beberapa prangko yang masing-masing memuat gambar yang berlainan, tetapi dicetak bergandengan. Contoh Prangko seri Amphilex 1971, Sensus Ekonomi 1986 dan Cinta Puspa dan Satwa 1993. 

2. Tete-Beche
Dua keping dicetak bergandengan yang satu terletak terbalik terhadap yang lainnya. Apabila letak 2 prangko tersebut berdampingan, maka disebut tete-beche horizontal, dan apabila letak 2 prangko tersebut yang satu berada di bawah yang lainnya, maka disebut tete-beche vertikal.

3. Gutter-Pair
Antara dua perangko terdapat satu bidang berbentuk prangko tanpa harga nominal dan tidak dapat digunakan untuk harga nominal dan ridak dapat digunakan untuk melunasi biaya pengeposan. Pada bidang tersebut biasanya dimuat suatu pesan khusus, logo, atau disain lain yang menarik.
Prangko seri "100 Tahun Museum Zoologicum Bogoriense" dengan harga nominal Rp 1000,- (1994).

Data Teknis Prangko

1. Teknik Pencetakan Prangko

Pada umumnya prangko dicetak oleh percetakan negara. Di Indonesia, prangko dicetak oleh Perum Peruri. Dewasa ini, pencetakan dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin modern namun secara garis besar tetap mengikuti prinsip-prinsip dibawah ini.

a. Cetak tinggi (typography) 
b. Cetak dalam (engraving) 
c. Cetak rata (lithography) 
d. Cetak limpah (offset)

Dalam keadaan darurat, ada prangko-prangko yang dicetak dengan klise terdiri dari huruf-huruf lepas (typeset) seperti halnya orang mencetak kartu nama sebagai contoh prangko yang dikeluarkan oleh Malta pada tahun 1925. Kadang-kadang masih disetai klise gambar seperti pada prangko milik British Guiana(1856) yang merupakan prangko termahal di dunia. Prangko-prangko yang dicetak dengan menggunakan cetaktindih umumnya menggunakan typeset sebagai contoh prangko edisi RIS, RIAU, UNTEA.

Umumnya ada prangko-prangko yang tercetak menyimpang dari prangko umumnya. Karena jumlahnya sedikit, prangko-prangko yang cetakannya menyimpang menjadi incaran para filatelis, karena langka dan harganya sangat mahal. Sebagai gambaran bila prangko yang bergambar penari piring tercetak dengan piring yang menghadap ke atas, maka ada prangko yang bergambar penari piring tercetak dengan piring yang menghadap ke bawah, dan prangko inilah yang kemudian menjadi incaran para kolektor.

2. Kertas

Dewasa ini prangko dicetak pada kertas putih, tetapi ada juga yang dicetak pada kertas berwarna dengan maksud tertentu. Kertas juga menggambarkan masa atau negara mana yang mengeluarkan prangko tersebut.

3. Perekat

Ada prangko-prangko yang sudah diberi perekat, namun umumnya prangko di Indonesia diterbitkan tidak diberi perekat.

4. Gambar

Sebagai identitas negara, maka prangko-prangko diterbitkan dengan gambar kepala negara, raja atau tokoh terkenal suatu negara, kemudian memuat angka tahunatau harga nominal dengan hiasan seperlunya. Namun demikian selain gambar tokoh atau kepala negara, prangko diterbitkan dengan gambar-gambar lain sebagai sarana promosi, peringatan atau lainnya.

5. Nama negara

Prangko memuat nama negara, ada yang memuat nama resmi negara baik dalam bahasa inggris atau bahasa resmi negaranya, ada yang memuat dua bahasa seperti prangko BelgiaKanada,Afrika SelatanSrilanka dan Finlandia, bahkan ada yang mempergunakan 3 bahasa seperti Cyprus dan IsraelSwissmenggunakan nama latinnya "Helvetia".

Nama-nama negara ada juga yang disingkat sebagai contoh DDR (Jerman Timur), CCCP (Uni Sovyet), RSA (Afrika Selatan), UAR (Mesir), USA (Amerika Serikat) dan lain sebagainya. Di Indonesia, pada masa revolusi, prangko-prangko Hindia Belanda dan Jepangdicetak tindih dengan NRI.
Adakalanya prangko-prangko yang sama digunakan 2 atau 3 negara bersama-sama, sehingga nama negaranya dicantumkan bersama seperti Rhodesia-Nyassa danKenya-Uganda-Tanganyika.

6. Teks

Dari teks yang terdapat pada prangko dapat diketahui bahwa beberapa prangko tertentu diterbitkan untuk keperluan khusus misalnya prangko dengan teks "Pos Udara", "Dinas" dan lain lain.

7. Warna 8. Tanda Air

Tanda air atau watermark adalah identitas yang diberikan oleh pembuat kertas berharga seperti uang, prangko atau sertifikat. Watermark adalah gambar yang khusus dilihat bila kertas tersebut dibentangkan cahaya atau detektor khusus, hal ini digunakan untuk menghindari pemalsuan.

Prangko yang dikeluarkan oleh persemakmuran Inggris bertanda air "mahkota" yang bentuknya berlainan dan memakai huruf CC (Crown Colony) atau CA (Crown Agency). Prangko-prangko Jepang bertanda air garis-garis gelombang dan prangko Belandabertanda air lingkara-lingkaran kecilJerman menggunakan garis-garis silang. Selain itu, gambar lambang negara juga diguanakan sebagai tanda air prangko. Prangko Republik Indonesia tidak bertanda air , hanya seri porto 1950 cetak tindih pada prangko Ned. Indie (Nederland Indie atau Hindia Belanda) bertanda air C of A karena prangko tersebut dicetak di Australia dengan kertas prangko negara tersebut yang bertanda air Cof A (Commonwealth of Australia).
Prangko-prangko pada zaman revolusi Indonesia ada yang dicetak pada kertas bertanda air "Padalarang" atau "Made in USA" (1949).

9. Perforasi

Perforasi merupakan baris lubang-lubang diantara deretan prangko dalam lembaran, diadakan dengan maksud agar prangko-prangko tersebut mudah disobek. Preforasi yang disobek merupakan "gigi-gigi" pada prangko.

Perforasi pada prangko diberlakukan oleh Archer di Inggris pada tahun 1864, sebelumnya prangko diterbitkan tanpa perforasi sehingga untuk menggunakan, prangko tersebut perlu digunting dari lembarannya. Prangko tanpa perforasi memiliki harga yang lebih mahal daripada prangko dengan jenis yang sama yang diterbitkan tanpa gigi.

Perforasi ada 3 macam
a. Perforasi baris 
b. Perforasi sisir 
c. Perforasi blok

Perforasi sendiri tidak hanya berbentuk lubang, tetapi dapat berbentuk :
a. Tusuk Jarum (pin perporation) 
b. Tusuk pisau (roulette)

10. Cetak tindih

Prangko yang sudah beredar kemudian diberi tanda cetakan lagi disebut cetak tindih. Kadang-kadang tambahan cetakan ini dilakukan dengan mesin cetak yang sederhana yang dapat menimbulkan bermacam-macam perbedaan, penyimpangan dan kesalahan. Adapula yang hurufnya rusak (cetak tindih UNTEA 1962). Adapula yang dilakukan dengan cap tangan/cap karet (Pendudukan Jepang dan masa Revolusi Indonesia). Prangko-prangko yang diberi cetak tindih berjumlah lebih sedikit daripada prangko aslinya, sehingga nilainya menjadi lebih tinggi dan menjadi incaran kolektor, dengan cetak tindih yang ada, para kolektor dapat memahami peristiwa sejarah yang dialami suatu negara atau wilayah. Umumnya, cetaktindih dilakukan secara darurat atau lokal oleh kantor pos setempat.

Cetak tindih dilakukan antara lain :

- Perubahan harga nominal yang mendadak
Biasanya bila terjadi perubahan tarif pos untuk menghabiskan persediaan lama yang masih banyak. Sebagai contoh pada Desember 1965 prangko Indonesia dibubuhi cetak tindih "sen" menggantikan "rupiah" berhubung revaluasi mata uang rupiah. Pada masa revolusi, prangko di Sumatera banyak sekali prangko yang harga nominalnya diberi tindihan.

- Digunakan untuk daerah tertentu
Sebagai contoh prangko "RIAU" (1954-1960) dan "IRIAN BARAT" (1963-1970) yang masing masing memakai mata uang Str $ (Strait Dollar) dan Gulden.

- Untuk keperluan khusus
Prangko-prangko tersebut dicetak untuk keperluan khusus dimana tidak sempat diterbitkan prangkonya, sebagai contoh prangko Seri Bencana Alam (1953) dan 1961, cetak tindih "Pos Udara" pada prangko Sumatera dan cetak tindih "Resmi" pada serti Cetakan Wina.

- Merubah nama negara
Pada pergantian kekuasaan dari tangan Belanda ke tangan Jepang (1942) prangko Hindia-Belanda dibubuhi cetaktindih Jepang, ada yang dilakukan secara setempat atau darurat dan ada pula yang dilakukan secara mekanis di kota-kota besar. Jenisnya banyak sekali. Di Indonesia Timur oleh Angkatan Laut (Kaigun) dan di Jawa dan Sumatera oleh Angkatan Darat (Rikugun).

Pada tahun 1945 cetak tindih "R.I.", "N.R.I.", "Rep. Indonesia", "Republik Indonesia" diterakan pada :
a. Prangko Hindia (Nederl. Indie) 
b. Prangko Hindia Blanda yang sudah dibubuhi cetaktindih oleh Jepang; 
c. Prangko yang diterbitkan oleh Jepang sendiri.

- Cetaktindih sebagai peringatan
Prangko Cetakan Wina antara lain dibubuhi cetak tindih :
a. "Merdeka Djokjakarta 6 Djuli 1949" 
b. "Republik Indonesia Serikat 27 Des. 1949"

- Untuk pemerintahan peralihan
Di Irian Jaya (Papua), prangko "Nederl. Nieuw Guinea" selama pemerintahan peralihan oleh PBB dibubuhi cetak tindih UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) yang berlaku mulai Oktober 1962 sampai Maret 1963. Cetak tindih tersebut dilakukan di Holandia (Jayapura) dan di Haarlem (Nederland).

Cetak tindih di dalam dunia filateli dikenal 2 macam istilah yaitu
a. Surcharge
Cetak tindih yang dibubuhi akan berakibat pada perubahan harga pada prangko aslinya.
b. Overprint
Yakni, jika cetaktindih hanya dimaksudkan untuk mengubah nama negara untuk peringatan dan sebagainya yang tidak ada kaitannya dengan perubahan harga.

Sumber : Wikipedia

Artikel Terkait :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...