Postingan kali ini saya pengen banget ngomongin sesuatu yang lain dari biasanya. Kali ini saya ingin sedikit bernostalgia dan mengingatkan kembali ke masa-masa ketika jaman belum tersentuh kemajuan teknologi seperti sekarang. Jaman ketika kabar dari sahabat jauh atau keluarga jauh begitu ditunggu-tunggu dengan segenap hati, jaman dimana waktu menunggu kabar tersebut terasa sangat lambat...... Kira-kita kurun waktu tahun 1997, masa itu penggunaan ponsel dan internet masih asing terdengar ditelinga anak-anak sekolahan, bahkan komputer hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang beruntung bisa bersentuhan dengannya. Facebook, Twitter, E-Mail adalah kata-kata asing dan belum pernah didengar waktu itu (paling tidak saya hehe)
Surat-menyurat, sahabat pena dan filateli, tiga kata itu dulu sangat dekat dengan kehidupan saya jaman masih ABG. Sebagian anak-anak ABG jaman saya masih dibangku SMP (tepatnya MTsN) punya hobi berkirim surat dengan teman-teman dari jauh atau istilah kerennya sahabat pena. Kami senang sekali mencari teman-teman baru yang jauh dipropinsi-propinsi lain di Indonesia, semakin banyak teman akan semakin menyenangkan. Cara mencari sahabat pena bermacam-macam, ada yang bertukar alamat sahabat pena dengan teman sekelas, mencari-cari alamat di tabloid ABG yang kemudian diajak berkenalan atau di acara televisi (acara ka Devi di TVRI, yg ada si Kumba, lupa nama acaranya). Saat itu hobi korespondensi sangat mudah, karna harga prangko untuk pengiriman surat lokal masih Rp. 300 dan kotak surat bisa dijumpai dibanyak tempat.